Sabtu, 22 Oktober 2011

Habib Muhammad Bin Ahmad Al Muhdhor (1280 - 1344 H)


Perawakannya tampan dan gagah, orang yang melihatnya pasti mengetahui kalau beliau memiliki karisma yang sangat besar. Dari wajahnya terpancar cahaya yang begitu hebat. Beliau adalah menantu dari seorang tokoh auliya' di masanya, yaitu Al Habib Muhammad bin Idrus Al Habsyi(Surabaya). Hubungan antara keduanya begitu erat. Satu sama lain saling menghormati dan lebih memandang kelebihan ada pada yang lain. Menantu dan mertua sama-sama auliya'.

Habib Muhammad Al Muhdhor lahir di desa Quwaireh, Du’an Al Ayman, Hadramaut, pada tahun 1280 H atau sekitar tahun 1863 M. Ayahnya, Al Imam Al Habib Ahmad bin Muhammad Al Muhdhor, seorang ulama rujukan para ahli ilmu di zamannya. Beliau lahir di Ar Rasyid Ad Du’aniyah 1217 H dan wafat pada tahun 1304 H bertepatan dengan tahun 1886 M. Lingkungan keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Itulah yang terjadi pada kalangan Alawiyin di Hadramaut masa itu hingga saat ini. Sebagaimana lazimnya pendidikan para Alawiyin di Hadramaut, Habib Muhammad mendapat bimbingan agama langsung dari ayahnya. Beliau mengkhatamkan Al Qur’an dan belajar berbagai kitab keilmuan pada ayahnya. Jika kita perhatikan kita dapat mengetahui, bahwa pendidikan para ulama Bani Alawi di Hadramaut menghasilkan sanad keilmuan dari seorang wali bin wali dan seterusnya, hingga bersambung kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam. Setelah belajar kepada ayah dan kakaknya, Habib Muhammad kemudian belajar mendapatkan ijazah dari para ulama dan auliya’ di saat itu. Salah sarunya adalah Al Imam Al Habib Ahmad bin Hasan Al Attas. Dan Al Habib Ahmad bin Hasan Al Attas inilah yang merupakan guru pembentuk karakter dan kepribadian Habib Muhammad Al Muhdhor. Ketika itu, Habib Muhammad selalu mengikuti majelis Al Imam Al Habib Ahmad bin Hasan Al Attas, dan beliau pula yang meyertai kemana pun sang guru ini pergi.

Dalam kitab Tajul A’ras halaman 469 di ceritakan bahwa, Habib Muhammad Al Muhdor mengisahkan salah satu peristiwa dalam kehidupannya ketika menuntut ilmu pada waktu itu.

“Saya membaca kitab Al Muhadzab kepada Al Imam Al Walid Al Habib Ahmad bin Hasan Al Attas. Tetapi ketika itu tidak mudah bagi kami untuk menyelesaikan, beliau meminta saya untuk menemaninya dalam perjalanan pulang ke Huraidhah, desa di mana beliau tinggal. Maka saya pun menuruti perintah beliau. Dalam perjalanan itulah saya membaca kitab tersebut bersama beliau, sampai akhirnya saya dapat menyelesaikan pembacaan kitab itu pada hari keberangkatan kami dari Gaidun. Ketika itu kami berjalan mengendarai dua kuda berdampingan.”

Selanjutnya, ketika ayah beliau wafat. Bersama Habib Hamid kakaknya, Habib Muhammad melakukan perjalanan dakwah ke berbagai negeri untuk merayu ke jalan Allah dan Rasul-Nya. Berdua mereka melakukan perjalanan ke Singapura dan Indonesia. Dimana pun tempat beliau singgah, mereka selalu di sambut oleh para penduduk negeri dengan suka cita dan penuh penghormatan. Setelah itu, berdua mereka kembali ke kampung halaman di Hadramaut.

Selang beberapa waktu, Habib Hamid kakaknya, melakukan perjalanan ke tanah suci, untuk melaksanakan ibadah haji dan berziarah ke makam datuknya Rasulullah SAW di Madinah. Sekembalinya kakak beliau dari tanah suci, pada tahun 1308 H, Habib Muhammad melakukan perjalanan dakwah ke kota Heydrabad di India. Beliau datang untuk memenuhi undangan Sultan ‘Awad bin Umar Al Qu’aythi. Di India, beliau mendapat sambutan yang luar biasa dari masyarakatnya, ribuan manusia segala lapisan dan golongan berbondong-bondong datang untuk menemui beliau. Dari India, beliau melanjutkan perjalanan dakwahnya ke Indonesia, dan beliau memilih Bondowoso. Disanalah beliau menetap dan berdakwah. Beberapa waktu kemudian, Habib Muhammad Al Muhdhor bertemu dengan Al Habib Muhammad bin Idrus Al Habsyi(Surabaya). Dari pertemuan itulah yang mendorong beliau untuk berguru kepada Al Imam Al Habib Muhammad bin Idrus Al Habsyi. Karena eratnya hubungan keduanya, akhirnya Habib Muhammad Al Muhdhor menikah dengan putri Al Habib Muhammad bin Idrus Al Habsyi.

Dalam berdakwah, beliau menggunakan cara yang santun dan bijak. Beliau berbicara kepada manusia sesuai dengan kemampuan mereka. Kallimu an-naas ‘ala qadri uquulihim. Dalam beramar ma’ruf nahi munkar beliau menggunakan cara yang santun dan halus. Hingga semua lapisan masyarakat dapat menerima dengan baik nasehat-nasehatnya. Semua kalangan, baik dari kalangan Alawiyin, orang-orang Pribumi, bahkan para pembesar Belanda pun, hormat dan segan kepada beliau.

Habib Muhammad sangat senang menerima tamu yang datang ke rumah beliau. Dengan wajah berseri-seri beliau menyambut para tetamunya di depan pintu dan menghormatinya bak raja yang datang. Beliau sendiri yang menyiapkan dan melayani kebutuhan para tamunya itu.

Beliau yang sangat peduli dengan keadaan kaum muslimin, terlebih-lebih pada para Saadah Alawiyin. Karena kepeduliannya yang begitu besar terhadap para Alawiyin, hingga beliau seakan-akan sebagai bapak dari para Alawiyin yang ada pada masa itu. Selain ulama, beliau juga ahli di bidang sastra, banyak tulisan dan karya syair-syair beliau. Beliau merupakan sosok ulama yang sering melakukan kontak hubungan dengan para ulama di negeri lain guna memecahkan berbagai masalah tentang dakwah Islam. Diantara para ulama itu adalah Al Habib Muhammad bin Ali Al Hiyed, Al Habib Abdurrahman bin Ubaidillah Assegaf, dan Al Habib Muhammad bin Agil bin Yahya dari Hadramaut.

Setelah beberapa hari menjalani perawatan di Surabaya akibat sakit yang di deritanya, pada malam Selasa 21 Syawal 1344 H, bertepatan dengan 4 Mei 1926 M, Habib Muhammad bin Ahmad Al Muhdhor wafat. Beliau meninggalkan kita untuk selama-lamanya. Dengan kewafatannya, para pecinta beliau seakan-akan menjadi yatim dan kehilangan sosok ayah. Pada keesokan harinya, dengan diiringi seruan tahlil dan uraian air mata, ribuan kaum muslimin mengantarkan jenazah beliau ke pemakaman. Jasad beliau di makamkan dalam qubah di pemakaman Al Habib Hasan Al Habsyi. Makam beliau bersanding dengan makam Al Imam Al Habib Muhammad bin Idrus Al Habsyi, yang merupakan mertua, guru sekaligus sahabat beliau. Beliau meninggalkan lima anak laik-laki yang menjadi khalifah penerus dakwahnya, mereka adalah Al Habib Abdullah bin Muhammad Al Muhdhor, Al Habib Alwi bin Muhammad Al Muhdhor, Al Habib Sholeh bin Muhammad Al Muhdhor, Al Habib Husain bin Muhammad Al Muhdhor dan Al Habib Muhdhor bin Muhammad Al Muhdhor, yang mereka kesemuanya menjadi ulama, beliau juga meninggalkan 3 anak perempuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FacebookZ