Habib Abu bakar Bin Muhammad Assegaf lahir di desa Besuki, jawa timur sekitar tahun 1285 H/1864 M. Sejak kecil telah menjadi yatim namun bakat kewaliaan dan kecintaan terhadap ilmu sudah nampak sejak umur 3 tahun. Hati beliau telah mendapat cahaya Ladunni dari Allah SWT, ini terbukti ketika beliau masih berumur 3 tahun telah mampu mengingat berbagai peristiwa dan kejadian yang telah menimpa dirinya.
Usia 8 tahun tepatnya tahun 1856 M, Habib Abu Bakar dikirim oleh ibunya ke tanah leluhurnya di Sewun Tarim, Yaman Selatan. Di sana beliau di asuh dan dididik oleh pamannya Habib Syech Bin Umar Assegaf, seorang Tokoh Ulama termasyhur di kota Sewun. Kecerdasan dan kejernihan Hati yang di miliki habib Abu bakar Assegaf mampu menguasai beberapa bidang ilmu walaupun usianya masih relatif muda. Pamannya tak segan-segan mengajak keponakannya untuk menghadiri majlis majlis ilmu di kota Sewun dan menanamkan rasa kecintaan terhadap Allah SWT dengan mengajari prilaku-prilaku Shalafus Sholeh seperti Sholat Tahajut dan puasa-puasa sunnah.
Di sewun, Habib Abu Bakar Assegaf belajar juga kepada Habib Ali Bin Muhammad Al Habsyi(pengarang Simtut Durror) dan menjadi murid kesayangannya. Pertama kali melihat Habib Abu Bakar Assegaf, Habib Ali Bin Muhammad al habsyi telah melihat tanda-tanda kewaliaan dan kelak akan menjadi ulama yang memiliki kedudukan dan derajat yang Mulia. Beliau juga belajar kepada Al Habib Muhammad Bin Ali Assegaf, Al Habib Idrus Bin Umar Al Habsyi, Al Habib Ahmad Bin Hasan Al Atthas, Al Habib Abdurrahman Al Masyhur, juga putera beliau Al Habib Ali Bin Abdurrahman Al Masyhur, dan juga Al Habib Syekh Bin Idrus Al Idrus dan masih banyak lagi guru beliau yang lainnya.
Tahun 1881 M, Habib Abu bakar Assegaf kembali ke Tanah air dan Mulai melakukan ritual dakwahnya. Walaupun beliau memiliki Ilmu yang cukup mumpuni namun kerendahan hati untuk menghargai para ulama-ulama Sepuh di tanah air beliau tak segan-segan untuk belajar dan minta ijazah serta barokah dari para ulama-ulama sepuh seperti Habib Abdullah Bin Muhsin Al Atthas, Al Habib Abdullah Bin Ali Al Haddad, Al Habib Ahmad bin Abdullah Al Atthas, Al Habib Abu Bakar Bin Umar Bin Yahya, Al Habib Muhammad Bin Idrus Al Habsyi, Al Habib Muhammad Bin Ahmad Al Muhdhor, dan lain sebagainya.
Selama beberapa tahun berdakwah datanglah kegundahan hatinya, kerinduan terhadap Allah dan Rosulnya hingga akhirnya beliau mengasingkan diri dari hirup pikuk dunia dan selama itu pula di habiskan waktunya untuk beribadah mutlak kepada Allah, hampir 15 tahun lamanya Habib Abu Bakar Assegaf mengasingkan diri dari dunia(berkhalwat) hingga akhirnya Gurunya, Habib Muhammad Bin Idrus Al Habsyi menemuinya dan mengajaknya untuk berhenti berkhalwat dan kembali untuk berdakwah. Demi menghargai sang guru akhirnya Habib Abu Bakar Assegaf kembali melanjutkan dakwahnya . Dengan di rangkul dan di gandeng oleh gurunya Habib Muhammad Bin Idrus Al Habsyi, Habib Abu Bakar Assegaf di kenalkan kepada para Jama’ah dam murid muridnya.
“Ini Al Habib Abu Bakar Bin Muhammad Assegaf termasuk mutiara berharga dari simpanan keluarga Ba ‘Alawi, kami membukanya agar bisa menularkan manfaat bagi seluruh manusia.”
Habib Abu Bakar Bin Muhammad Assegaf membuka Majlis Ta’lim di rumahnya. Kedalaman dan kejernihan hati yang dimilikinya telah melahirkan banyak murid-murid yang memiliki kedudukan tinggi di masyarakat. Beliau selalu mendoakan murid-muridnya tat kala beliau menunaikan sholat malam. Habib Abu Bakar di samping sebagai ahli ilmi juga sebagai ahli berkah yang dapat memberikan keberkahan kepada siapapun yang datang kepadanya. Beliau menjadi rujukan dan referensi ilmu di tanah air.
Disaat menjelang akhir hayatnya, Habib Abu Bakar selalu mengatakan,
“Aku berbahagia untuk berjumpa dengan Allah.”
Beliau melakukan puasa selama 15 hari berturut-turut. Dan pada tahun 1376 H, Habib Abubakar bin Muhammad Assegaf wafat dalam usia 91 tahun. Jasad beliau dimakamkan di samping Masjid Agung Jami’, Gresik, Jawa Timur, bersanding dengan makam Al Habib Alwi bin Muhammad Hasyim Assegaf.
Izin ambil Poto nya
BalasHapus